Layakkah Dia Menjadi Idola?
(Sang
Pendiri Al-Ikhwan Al-Muslimun)
Oleh
Deja Almustakim
Kalau berbicara tentang idola jika ditanya kepada muslim atau muslimah pasti jawabannya yaitu baginda nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, para sahabat dan orang terdekatnya. Termasuk saya, begitu mengidolakannya.
Seiring berjalannya waktu setelah masa rasulullah, Islam mengalami kemajuan dan kemunduran, kemajuannya sehingga dua per tiga dunia di bawah kesultanan Islam. Kemundurannya, jatuhnya ke khalifahan Turki Ustmani pada tahun 1924, sehingga negara-negara Islam berpecah menjadi negara-negara kecil yang memberi pengaruh terhadap Mesir, tempat tinggal sang pendiri Ikhwanul Muslimin.
Seiring berjalannya waktu setelah masa rasulullah, Islam mengalami kemajuan dan kemunduran, kemajuannya sehingga dua per tiga dunia di bawah kesultanan Islam. Kemundurannya, jatuhnya ke khalifahan Turki Ustmani pada tahun 1924, sehingga negara-negara Islam berpecah menjadi negara-negara kecil yang memberi pengaruh terhadap Mesir, tempat tinggal sang pendiri Ikhwanul Muslimin.
Sejarah
Al-Ikhwan Al-Muslimun bukanlah sebatas sejarah individu, negara atau mazhab.
Akan tetapi, ia merupakan sejarah umat yang dimunculkan oleh Allah di pentas
dunia dalam salah satu episode sejarah yang begitu kelam yang menimpa umat
islam.
Al- Imam
Asy-Syahid Hasan Al-Banna atau nama lengkap Hasan Ahmad Abdurrahman Al-Banna
lahir pada hari Ahad, 25 Sya’ban 1324 Hijrah, yang bertepatan dengan 14 oktober
1906 di daerah Dhuba di Mahmudiah, tepatnya di kota Buhairah, Mesir. Dimana
masyarakat Mesir pada saat itu menghadapi banyak gelombang dan arus pemikiran
yang dapat memberikan pengaruh positif dan negatif. Pada zaman tersebut banyak
ditemui terjadinya perubahan, kudeta dan revolusi baik di skala regional maupun
internasional.
Mesir jatuh
ditangan penjajah Inggris pada tahun 1882 M., pada awal abad ke 20 cengkraman
para penjajah semakin kencang dan pengaruh mereka di negeri mesir semakin
meluas. Inggris membatasi kebudayaan, pemerintah, sistem, undang-undang, adat
dan kebiasaan mesir dengan serta merta, yang membuat bangsa Mesir kehilangan
identitas dirinya.
Pada suasana
yang penuh dengan kabut, maka tumbuhlah Imam Al-Banna dan membuka kedua
matanya. Ia mulai paham bahwa negeri dan masyarakat pada saat itu telah
dikuasai musuh yang berlaku sewenang-wenang kepada bangsanya. Dalam buku Tarikh Al-Ikwan Al-Muslimun karangan Jum’ah Amin Abdul Aziz, pada saat umurnya
baru 13 tahun dan pada saat itu ia masih menjadi seorang murid di Madrasah Al-I’dadiyah (Setingkat SMP) di
tempat kelahirannya pada saat itu ia menyerukan bersama-sama orang lain
“Mencintai tanah air adalah sebagian dari iman.”
Al-Imam
Asy-Syahid Hasan Al-Banna memulai belajarnya dengan belajar Al-Quran Al-Karim
dan kebudayaan Islam, Beliau tumbuh berkembang secara islami serta tekun
menghafal Al-Qur’an. Beliau telah menguasai berbagai pengetahuan di usia dini
yang membuat beliau lulus ujian masuk Darul Ulum.
Sejak tahun
pertama di Darul Ulum, Hasan Al-Banna telah unggul di kelasnya. Ia menduduki
peringkat ke tiga di antara teman-teman seangkatannya. Hasan Al-Banna tidak
mencukupkan diri dengan apa yang telah dipelajari di bangku kuliah, akan tetapi
ia seorang yang sangat cinta ilmu dan mencari dengan berbagai macam cara. Sering
kali ia mendatangi perpustakaan-perpustakaan para cendekiawan dan ulama pada
masa itu.
Tak cukup itu
saja, dalam buku Harokah Al-Ikhwan fi As-Sudan karangan Hasan Maki Muhammad, beliau diceritakan bahwa beasiswa bulanannya yang ia terima dari Universitas Darul Ulum,
dia gunakan untuk membeli buku-buku yang bermutu. Imam Hasan Al-Banna telah
membaca dalam berbagai bidang ilmu. Maka wawasan ilmu keislaman dan sejarah. Dia
membaca karya Al-Ghazali seorang sufi, karya Az-Zamahsyari yang beralran
muktazilah, Fakhruddin Ar-Razi seorang filosof dan Abu Hasan Al-Asy’ari
(pendiri aliran Al-Asy’ariyah), ditambah dengan buku-buku salaf imam-imam sufi.
Selain itu ia juga membaca tulisan Rena Descartes, Isac Newton, Michael seorang
Astronom berkebangsaan Inggris dan Herbert Spenser dan mengambil
argumen-argumen mereka.
Selain dibidang
intelektual yang begitu mengagumkan, Imam Al-Banna memilki sifat-sifat
kepribadian yang jarang dimiliki banyak orang. Sifat-sifat kepribadian yang
khas dan bakat yang Allah berikan kepada beliau ini telah menjadikan beliau seorang
dai terkemuka pada abad ke dua puluh. Kepribadian yang luar biasa ini telah
menjadikan beliau sebagai pendiri dan pemimpin sebuah pergerakan Islam terbesar
di dunia yang dikenal dengan nama gerakan Al-Ikhwanul Al-Muslimun. Allah Swt.
telah menganugerahkan kepada beliau tubuh yang kuat agar menghadapi berbagai
macam kekerasan dan rintangan. Beliau hidup dalam kesederhanaan walaupun pandai
mengumpul harta, beliau lebih memprioritaskan dakwah dari pada urusan yang lain.
Dakwah yang
beliau lakukan memiliki keistimewaan dibanding lainya, yaitu: Pertama, wawasan
yang universal. Kedua, orientasi kepada kombinasi dan penyelarasan, bukan
kepada disharmoni dan perpecahan. Dan yang ketiga, perhatian terhadap
pembentukan dan pembangunan tarbiyah secara integral. Beliau tidak pernah
membawa ajaran baru yang dianggap aneh. Ia tidak pernah juga melakukan bid’ah
dalam dakwahnya, tapi ia memperbarui perkara lama yang hampir dilupakan dan
ditinggalkan umat manusia setelah sebelumnya menjadikan Al-Qur’an sebagai benda
terlantar. Ia berupaya untuk mengembalikan kebaikan umat ini.
Seperti pepatah
mengatakan “semakin tinggi pohon maka
semakin kencang anginnya”. Sehingga ada saja yang tak suka, berbagai upaya
dilakukan untuk menghentikan dakwahnya dan membubarkan jama’ahnya (Al-Ikhwan
Al-Muslimun). Bahkan banyak kekuatan berusaha membunuh Imam Hasan Al-Banna
dengan tujuan dan alasan yang berbeda-beda. Sebagian mereka beralasan membunuh
Imam Al-Banna, karena rasa iri dan dengan kepemimpinan beliau dan kekuatan jama’ahnya.
Namun alasan utama dari berbagai upaya pembunuhan yang dilakukan terhadap
beliau adalah kebencian terhadap islam dan pemeluknya dan karena jama’ah
Al-Ikhwan Al-Muslimun menjadi tembok penghalang terhadap rencana-rencana dan
kerakusan mereka.
Kita kembali ke
topik pembahasan yaitu kenapa saya mengidolakan sosok Imam Syahid Hasan
Al-Banna ?. dari penjalasan di atas apalagi ditambah dengan membaca sejarahnya, antum dapat simpulkan sendiri kenapa saya mengidolakan
beliau, jika antum telah membaca sejarahnya dan mulai mengidolakannya, saya
yakin alasan kita sama. Jika tidak, mungkin kita melihat dari sisi yang berbeda.

Komentar
Posting Komentar